Xi Jinping Pamer Kekuatan: Sambut Putin dan Modi di KTT SCO

Xi Jinping Pamer Kekuatan: Sambut Putin dan Modi di KTT SCO – KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) yang digelar di Tianjin, Tiongkok, pada akhir Agustus 2025 menjadi sorotan dunia. Pertemuan ini bukan sekadar forum rutin antarnegara anggota, melainkan panggung besar yang dimanfaatkan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, untuk menunjukkan pengaruh geopolitik dan diplomasi globalnya. Kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi semakin menegaskan arti penting KTT ini. Dunia memandang, momen ini menjadi simbol soliditas baru yang berusaha dibangun oleh kekuatan non-Barat dalam merespons dinamika internasional.


SCO sebagai Panggung Geopolitik Baru

Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) awalnya dibentuk pada tahun 2001 dengan tujuan utama menjaga keamanan kawasan, melawan terorisme, serta memperkuat kerja sama regional di Asia Tengah. Namun, seiring waktu, SCO berkembang menjadi forum internasional yang semakin berpengaruh, bahkan dianggap sebagai “jawaban” bagi dominasi forum Barat seperti NATO atau G7. Anggotanya terdiri dari negara-negara besar, di antaranya Tiongkok, Rusia, India, Pakistan, serta negara-negara Asia Tengah seperti Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan.

Kehadiran Xi Jinping, Putin, dan Modi dalam satu forum jelas bukan sekadar diplomasi biasa. Ada pesan besar yang ingin ditunjukkan ke dunia: bahwa kekuatan non-Barat kini mampu menyatukan agenda, membicarakan kepentingan bersama, dan membangun blok geopolitik alternatif.

Bagi Xi Jinping, KTT ini adalah kesempatan emas untuk memperlihatkan peran Tiongkok sebagai tuan rumah sekaligus motor penggerak kerja sama kawasan Eurasia. Dengan kondisi dunia yang penuh ketegangan akibat perang di Ukraina, konflik di Timur Tengah, serta pertarungan ekonomi antara AS dan Tiongkok, forum seperti SCO dianggap penting untuk menegaskan arah multipolaritas dunia.

Putin, di sisi lain, hadir dengan agenda memperkuat hubungan Rusia dengan Asia. Setelah menghadapi sanksi keras dari Barat akibat perang Ukraina, Rusia membutuhkan panggung baru untuk menunjukkan bahwa mereka tidak terisolasi. Kehadirannya di Tianjin bersama Xi adalah bukti bahwa Rusia masih memiliki mitra strategis.

Narendra Modi, sebagai pemimpin India, juga memainkan peran penting. India selama ini dikenal menjaga keseimbangan antara kerja sama dengan Barat sekaligus menjalin hubungan baik dengan Tiongkok dan Rusia. Kehadiran Modi di KTT SCO menegaskan bahwa India tidak ingin kehilangan pengaruh di kawasan, meski seringkali memiliki ketegangan dengan Tiongkok dalam isu perbatasan.


Simbol Solidaritas Global South

Pertemuan antara Xi, Putin, dan Modi bukan hanya soal kerja sama ekonomi atau keamanan, melainkan simbol solidaritas negara-negara Global South. Dunia kini menyaksikan perubahan signifikan dalam tatanan internasional. Jika sebelumnya kekuatan geopolitik cenderung terpusat di Barat melalui aliansi seperti NATO atau forum ekonomi G7, kini blok alternatif semakin menunjukkan eksistensinya.

SCO berusaha membuktikan diri sebagai platform yang mampu menghadirkan solusi global, terutama dalam isu energi, perdagangan, hingga keamanan regional. Di tengah meningkatnya ketegangan global, negara-negara anggota SCO semakin mendorong ide multipolaritas—sebuah dunia dengan banyak pusat kekuasaan, bukan hanya didominasi satu blok besar.

Dalam pidato pembukaan KTT, Xi Jinping menekankan pentingnya kerja sama, stabilitas, dan pembangunan bersama. Ia menyebut bahwa era “hegemoni sepihak” sudah mulai ditinggalkan, dan kini dunia bergerak menuju keseimbangan baru. Kehadiran Putin dan Modi mendukung pernyataan tersebut, masing-masing dengan gaya diplomasi mereka sendiri.

Putin menggarisbawahi pentingnya solidaritas dalam menghadapi sanksi dan tekanan dari negara-negara Barat, sementara Modi menekankan pentingnya pembangunan ekonomi yang berkeadilan, terutama untuk negara-negara berkembang.

Selain isu geopolitik, KTT SCO juga membahas kerja sama praktis seperti:

  • Penguatan jalur perdagangan lintas negara melalui proyek infrastruktur.

  • Kolaborasi di bidang energi, termasuk gas alam dan minyak.

  • Peningkatan kerja sama teknologi, khususnya di era digital dan keamanan siber.

  • Diskusi mengenai stabilitas kawasan Asia Tengah yang rentan terhadap konflik.

Bagi negara-negara berkembang, KTT ini memberi harapan akan terciptanya tatanan internasional yang lebih adil. SCO berusaha memperlihatkan bahwa mereka mampu menjadi wadah alternatif, terutama bagi negara-negara yang merasa terpinggirkan dalam forum global yang didominasi Barat.


Kesimpulan

Kehadiran Xi Jinping, Vladimir Putin, dan Narendra Modi dalam KTT SCO 2025 di Tianjin menjadi bukti nyata bahwa dunia sedang bergerak menuju tatanan multipolar. Pertemuan ini bukan hanya diplomasi rutin, melainkan simbol pamer kekuatan dan solidaritas negara-negara non-Barat dalam menghadapi tekanan global.

Xi Jinping berhasil menunjukkan Tiongkok sebagai motor penggerak utama forum internasional alternatif, sementara Putin memanfaatkan panggung ini untuk menegaskan bahwa Rusia masih memiliki sekutu kuat. Modi, dengan gaya diplomasi seimbangnya, memperlihatkan bahwa India tetap berperan sebagai pemain penting di tengah persaingan global.

Pada akhirnya, KTT SCO 2025 menandai babak baru dalam dinamika politik internasional. Dunia kini menyaksikan munculnya poros kekuatan baru yang siap bersaing dengan blok Barat. Pertanyaannya, sejauh mana SCO mampu menjaga persatuan di tengah perbedaan kepentingan anggotanya, dan apakah forum ini benar-benar bisa menjadi alternatif nyata bagi tata dunia global yang lebih adil? Waktu yang akan menjawabnya.

Scroll to Top